Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar
Isi.................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
BAB
II PANJAT TEBING
2.1. Sejarah Panjat Tebing.......................................................................................... 2
2.2. Definisi................................................................................................................ 2
2.3. Sistem Pemanjatan.............................................................................................. 3
2.4. Teknik Dasar Pemanjatan.................................................................................... 5
2.5. Prosedur Pemanjatan........................................................................................... 7
2.6. Peralatan Panjat Tebing....................................................................................... 7
2.7. Simpul-Simpul..................................................................................................... 8
BAB III LOKASI - LOKASI DATA TEBING
-
Sumatera.............................................................................................................. 9
-
Jawa & Bali.......................................................................................................... 10
-
Kalimantan........................................................................................................... 12
-
Sulawesi............................................................................................................... 13
-
Papua.................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Banyak
gunung-gunung yang tinggi menjulang, gua-gua yang gelap namun indah,
pantai-pantai yang mempesona, tebing-tebing yang kokoh, dan masih banyak lagi
keindahan alam yang ada di Indonesia .
Pada
kesempatan kali ini penyusun akan mencoba memberikan data-data mengenai objek
alam yang ada di Indonesia
namun data-data disini dikhususkan mengenai data-data tebing-tebing yang ada di
Indonesia.
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan diktat ini adalah dengan harapan agar diktat ini pada nantinya akan
dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca yang ingin berpetualang ke
objek-objek alam yang ada di Indonesia
khususnya tebing-tebing yang ada di Indonesia, dan sebagai media informasi bagi
para pembaca yang ignin mengetahui mengenai berbagai macam tebing yang ada di Indonesia .
BAB II
PANJAT TEBING
PANJAT TEBING
2.1. Sejarah Panjat Tebing
Panjat
tebing pertama kali dikenal di kawasan benua Eropa tepatnya di kawasan
pegunungan Alpen sebelum perang Dunia I. Pada awal tahun 1910 di negara Austria
mulai diperkenalkan penggunaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk
menunjang dalam kegiatan panjat tebing seperti carabiner (cincin kait) dan
piton (paku tebing) yang pada saat itu masih terbuat dari besi baja. Dan
berawal dari situlah para pendaki dari Austria dan Jerman mulai
mengembangkan peralatan dan teknik olah raga ini. Seiring waktu yang terus
berjalan peralatan olah raga ini banyak mengalami inovasi, terutama pada bahan
pembuatannya, uji kekuatan gaya
tariknya, kepraktisan penggunaan alat serta prosedur keamanan alat yang telah
distandartkan.
Di
Indonesia olahraga panjat tebing sendiri telah terbentuk sejak tahun 1988 yang
memiliki organisasi yang pada saat itu bernama FPGTI (Federasi Panjat Gunung
Dan Panjat Tebing Indonesia) yang kemudian berganti nama dengan FPTI (Federasi
Panjat Tebing Indonesia) sampai sekarang ini.
2.2. Definisi
Panjat
tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu
dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari
mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan
harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya.
Pada
umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan
sudut kemiringan mencapai lebih dari 45 derajat dan mempunyai tingkat
kesulitan tertentu.
Pada
dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan
kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta keterampilan
dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam
menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan / celah
yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan
efisien untuk mencapai puncak pemanjatan.
Pada
awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan
sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah
raga itu sendiri dari waktu ke waktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas
dalam panjat tebing yang diikuti oleh penggiat panjat tebing. Banyaknya
tuntutan tentang perkembangan olah raga ini memberi alternatif yang lain dari
unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih mengedepankan unsur olah raga murni
(sport).
2.3. Sistem Pemanjatan
System pemanjatan dibagi menjadi dua :
* Himalayan system
Pemanjatan
system Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya
antara titik start (ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan,
hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport,
dimana tali tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat
dengan team yang dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi
juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jlur suplai peralatan
ataupun yang lainnya
* Alpen system
Lain
halnya dengan system diatas, jadi antara titik start dengan pitch terakhir sama
sekali tidak terhubung dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah
sebagai jalur perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang
dibawah. Maka pemanjatan dengan system ini benar-benar harus matang
perencanaanya karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersubut
harus dibawa pada saat itu juga.
Dilihat
dari bentuk penggunaan peralatan panjat tebing terbagi menjadi 2 kelompok besar
:
* Artificial climbing :
Merupakan
pemanjatan yang mana didalam pergerakannya sepenuhnya didukung oleh alat dan
pemanjat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan alat tersebut. Peralatan selain sebagai pengaman juga sebagai tumpuan untuk
menambah ketinggian dalam melakukan pemanjatan tersebut. Perlu diingat
bahwasannya untuk dapat bergerak cepat dan aman dalam melakukan pemanjatan
bukan disebabkan karena adanya peralatan yang super modern melainkan lebih
diutamakan pada penggunaan teknik yang baik.
* Free climbing :
Adalah pemenajatn yang
mengunakan alat hanya semata-mata untuk menambah ketinggian dan alat berfungsi
sebagai pengaman saja tetapi tidak mempengaruhi gerak dari pemanjat.
Walaupun dalam pemanjatan tipe ini pemanjat diamankan oleh seorang belayer
namun pengaman yang baik adalah diri sendiri.
Sedangkan untuk pengembangan
dari jenis pemanjatan free climbing itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
- Top rope : pemanjatan dimana tali pemanjatan
sudah terpasang sebelumnya
- Solo : pemanjatan yang dilakukan seorang
diri dengan merangkap fungsi sebagai Leade, Cleaner dan Belayer.
Sedangkan solo sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Solo artificial climbing
b. Solo free climbing
2.4.
Teknik Dasar Pemanjatan
Seorang pemanjat harus bisa memahami
tebing yang akan dipanjat, bagaimana kontur tebing tersebut, apa saja peralatan
yang nantinya akan dipergunakan, dan kalau bisa tahu secara detail bagaimana
bentuk pegangan dan celah-celah yang ada pada tebing tersebut yang paling
utama pemanjat harus bisa menentukan jalur pemanjatan, cara pemasangan
dan penggunaan peralatan yang benar, hal itu akan menjadi safety standard prosedur dalam pemanjatan sehingga menjadi support tambahan bagi kesuksesan dalam
melakukan pemanjatan.
Teknik pemanjatan dikelompokkan sesuai
bagian dengan tebing yang dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan, yaitu :
a. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing
dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki
maupun pegangan tangan
b. Friction / Slab Climbing
Teknik ini hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya
penumpu
c. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang digunakan
oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak
Dengan cara
demikian dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut :
a. Jamming
Teknik memanjat
dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar. Jari-jari tangan, kaki atau tangan dapat dimasukkan / diselipkan pada
celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak
b. Chimneying
Teknik memanjat celah vertical yang
cukup besar. Badan masuk diantara celah dan punggung menempel disalah satu sisi
tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel
ke sisi tebing belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula dan membantu
mendorong serta membantu menahan berat badan.
c. Bridging
Teknik memanjat pada celah vertikal yang
lebih besar (gullies). Caranya dengan
menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut.
Posisi badan mengangkang kaki sebagai tumpuan dibantu juga tangan sebagai
penjaga keseimbangan.
d. Lay back
Teknik memanjat
pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari
tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk
menempatkan kedua kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik silih
berganti.
e. Hand traverse
Teknik memanjat
pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila
pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertukal sudah tidak
memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena
seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan
dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih
rata.
f. Mantelself
Teknik memanjat
tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi namun cukup
besar untuk diandalkan untuk tempat brdiri selanjutnya. Kedua tangan dgunakan
untuk menarik berat badan dibantu dengan pergerakan kaki. Bila
tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah
dari menarik menjadi menekan untuk mengngkat berat badan yang dibantu dengan
dorongan kaki.
Sebagaimana panjat
tebing ialah memanfaatkan cacat batuan untuk menambah ketinggian sehingga
seorang pemanjat dituntut berani, teliti dan terampil juga dalam kemampuan
berfikir yang tepat dalam bertindak dengan keadaan yang terbatas untuk membuat
keputusan menyiasati dan memecahkan permasalahan yang dihadapi secara tepat,
cepat dan aman.
2.5. Prosedur Pemanjatan
Tahapan-tahapan
dalam pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkh sebagai berikut :
a. mengamati lintasan dan memikirkan
teknik yang akan dicapai.
b. Menyiapkan peralatan yang akan
dibutuhkan
c.
Untuk Leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk
diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas dari Leader sendiri
adalah membuat lintasan yang akan dilaluinya dan pemanjat berikutnya.
d.
Untuk Belayer, memasang ancor dan merapikan alat-alat. Tugasnya adalah membantu
Leader baik dengan aba-aba maupun dengan tali yang dipakai Leader, Belayer juga
bertugas mengamankan Belayer dari resiko jatuh atau yang lainnya, dengan
langkah awal yaitu meneliti penganman yang dipakai Leader.
e. Bila
belayer dan Leader telah siap melakukan pemanjatan, segera memberi aba-aba
pemanjatan
f. Bila Leader sampai ketinggian 1 pitch
(tali habis) ian harus memasang ancor.
g.
Leader yang sudah memasang ancor diatas, selanjutnya berfungsi sebagai Belayer
untuk mengamankan pemenjat berikutnya.
2.6. Peralatan
Panjat Tebing
Adapun jenis-jenis peralatan yang biasa digunakan
untuk panjat tebing adalah :
- Tali (Karn Mantel) -
Magnesium
- Webbing -
Sepatu dan helm
- Carabiner screw dan non screw -
Chock stopper
- Piton (pasak tebing) -
Chock hexentrix
- Ascender (alat untuk naik pada tali) -
dll
- Descender (alat untuk turun pada tali)
- Eterier (tangga tali)
- Chock friend
- Harness
- Hamer
- Hand drill
2.7. Simpul-Simpul
Simpul-simpul dasar yang biasa digunakan pada panjat
tebing adalah sebagai berikut :
- Simpul delapan (figure of eight knot)
- Simpul delapan ganda (double lub figure of eight knot)
- Simpul nelayan (fisherman knot)
- Simpul perusik
- Simpul pangkal (eliver hitch)
- Simpul pita
- Simpul bowline
- Simpul jangkar
- Simpul belay (Italian hitch)
- Simpul kupu-kupu
- dll
BAB III
DATA-DATA LOKASI TEBING
SUMATERA
-
Lembah Harau
Pemandangan di
Lembah Harau sangat menakjubkan, lihat saja bentangan alam yang terdiri sawah,
hutan, tebing dan dihiasai dengan sungai dan tak kurang dari 9 air terjun. Melihat
bentang alam tersebut lokasi ini memang sangat ideal sebagai lokasi wisata
petualangan. Deretan tebing-tebing yang lumayan tinggi ini berjajar terbentuk
oleh batuan breksi massif. Jajaran tebing ini merupakan arena panjat yang
sangat menantang. Lokasi ini terletak di kota
Payakumbuh sekitar sekitar 25 km dari Kota Bukit Tinggi ke arah Kota Pekan
Baru.
-
Gunung
Padang
Terletak di Kota Padang, Sumatera Barat tak jauh dari Pantai Padang yang
termasuk dalam kawasan Taman Siti Nurbaya . Tebing ini terbentuk dari batuan
basal dengan ketinggian sekitar 30 meter. Tingkat kesulitan bervariasi,
tonjolan dinding yang diguanakan untuk pegangan sangat minim dan cenderung
kecil-kecil. Jalur yang telah dipanjat tak kurang dari 4 jalur yaitu jalur
H&R (5.9) th 91 oleh Harera dan Edu; jalur Camp (5.11 c/d) th 90 oleh Rizal
N; jalur Fasting (5.12) th 92 oleh Valdi dan jalur Trek eureka (5.11 c/d) oleh
Radit.
-
Serelo
Bukit Telunjuk itu nama lain Tebing Serelo yang terletak di Desa
Sukacinta, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Jenis batuan tebing ini adalah
batuan andesit. Ketinggian puncat tebing Serelo dari permukaan laut adalah
sekitar 600 meter, sementara itu tinggi tebing yang dapat dipanjat 350 meter
dengan sudut kemiringan antara 70 s/d 90 derajat.
JAWA & BALI
-
Ciampea
Tebing kapur ini terletak sekitar 15 km di sebelah
selatan pusat Kota Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini sangat mudah dijangkau dengan
kendaraan umum. Ketinggian tebing sekitar 30 – 45 m. Pada dinding yang tak
begitu lebar itu terdapat lima jalur atau lintasan dengan tingkat kesulitan
yang bervariasi (Jalur Putih, Jalur Kambing, Jalur Intifada, Jalur Bycycle, dan
Jalur Toke). Kemiringan
dinding dari slab sampai vertical. Lokasi ini merupakan lokasi ideal untuk para
pemula berlatih.
-
Kelapa Nunggal
Tebing yang mempunyai tingkat
kesulitan cukup tinggi ini teletak di kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, tak
jauh dari pabrik semen Cibinong. Ketinggian tebing sekitar 1 pitch (45 m). Pada
hampir semua jalur yang sudah dicoba, pada awal jalur merupakan overhang yang
minim pegangan, dengan keadaan seperti itu, tebing Kelapa Nunggal ini termasuk
tebing dengan kategori sulit dan bukan untuk pemula.
-
Citatah
Tebing Citatah merupakan
tonggak awal sejarah perkembangan panjat tebing di Indonesia. Tebing kebanggaan
para pemanjat Bandung ini terletak di Desa Cipatat, Padalarang, Bandung yang
tak jauh dengan lokasi pertambangan marmer dan batu kapur. Jenis batuan pada
tebing ini adalah karst, tingkat kesulitan bervariasi. Tebing 125 dan tebing
tebing 48 merupakan tebing pilihan para pemanjat, disamping mudah dijangkau
terdapat banyak jalur yang dapat dipanjat.
-
Parang
Tebing Parang terletak di Kampung Cihuni, Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat di sisi selatan Waduk Jatiluhur. Tebing yang terdiri dari 3 buah tower ini
membentang sepanjang 1,5 km ke arah utara selatan. Ketinggian tower 1 adalah
950 mdpl, tower 2 adalah 900 mdpl, dan tower 3 adalah 875 mdpl. Jenis batuan
tebing ini adalah andesit. Lintasan di tebing ini rata-rata slab dan beberapa
lintasan adalah dinding vertikal. Tingkat kesulitan secara umum dinding ini
adalah VI, 5.9, A 1. Dinding ini pertama kali dipanjat tahun 1980 oleh kelompok
Skygers.
-
Tebing Gunung Bongkok
Tebing ini terletak di desa
Sukamulya, Purwakarta, Jawa Barat. Tebing terbentuk oleh batuan andesit. Tinggi
tebing sekitar 40 meter dengan lebar dinding 27 meter dan 25 meter. Jalur yang
sudah di panjat tercatat 3 jalur yaitu Psyco Matters I dan II atas nama Djati
Pranoto, Ujan, Mamay, Ipul, Asep, dan Galih serta jalur Alex dan Michael.
-
Parangtritis
Tebing-tebing kapur di kawasan
ini cukup menantang. Pada umumnya tebing yang dipanjat adalah tebing-tebing
yang terletak di kawasan Parangendog, di sebelah timur pantai parangtritis.
Dari kejauhan tebing-tebing ini terlihat berwarna putih berjajar. Ketinggian
tebing berkisar antara 25 sampai 50 meter dengan tingkat kesulitan yang
bervariasi dari mudah sampai sulit.
-
Bukit Tanggul
Bukit Tanggul menjulang di
bagian selatan Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur. Bukit yang mirip stupa ini
termasuk ke dalam wilayah kelurahan Keboireng, Kecamatan Besuki dan terletak di
dalam hutan jati yang cukup lebat. Tebing ini merupakan tebing andesit dengan
puncak tertingginya sekitar 400 meter dan lebar sekitar 1 km. Kemiringan tebing
sekitar 70 derajat sampai 90 derajat. Tonjolan dan rekahan dinding cukup
banyak. Data sampai dengan tahun 1991, baru tiga jalur yang dibuat yaitu oleh
Tim Panjat tebing Yogyakarta/TPTY (1989), Tim Mapagama UGM (1990), dan Tim
Srikandi TPTY.
-
Sepikul, Watu Limo
Di tengah hutan jati yang
terletak di desa Watu Agung, kecamatan Watu Limo, Trenggalek, Jatim berdirilah
gunung batu yang diberi nama Sepikul. Terdiri dari dua buah tower, tower I
tingginya sekitar 250 m, dan tower II tingginya 200 m. Jenis batuannya adalah
andesit. Tebing ini merupakan salah satu tebing favorit pemanjat tebing di
daerah Jawa Timur. Beberapa ekspedisi telah dilakukan di tower I maupun tower
II.
-
Tebing Zebra
Tebing Zebra terletak di Lembah Panceng, Ujung Pangkah
yang masuk ke dalam wilayah Gresik, Jawa Timur. Dinamai Tebing Zebra karena
dinding tebing ini bermotif seperti Zebra yang mempunyai belang warna hitam dan
putih. Tebing ini merupakan tebing kapur terjal yang mempunyai ketinggian
sekitar 30 meter. Tingkat kesulitan bervariasi, beberapa jalur yang sudah dibuat
mempunyai tingkat kesulitan sampai 5.12 c. Pada tebing ini sekurang-kurangnya
telah dibuat sekitar 10 jalur.
-
Uluwatu
Uluwatu memang beda,
tebing karang yang terletak di pinggir laut selatan di sisi selatan Pulau, Bali itu sungguh menantang. Tebing yang tingginya
berkisar antara 75-100 m itu mempunyai banyak jalur untuk dipanjat. Sebagian
jalur harus dituruni telebih dahulu baru dipanjat karena tidak ada pantainya,
sebagian lain dapat langsung dipanjat dari karena terdapat pantai meskkipun
sempit. Tingkat kesulitan bervariasi dari mudah sampai sulit. Relief dinding
cenderung tajam-tajam.
-
Bukit Kelam
Bukit yang membujur dari arah
barat ke timur ini berjarak sekitar 16 km dari Kota Sintang, Kalimantan Barat. Ketinggian puncak bukit ini sekitar 931 m dpl, sementara itu tinggi
tebing yang dipanjat sekitar 400 meter. Bukit andesit ini diperkirakan merupakan batuan andesit massif yang
terbesar di Indonesia. Bagi sebagian penduduk Bukit Kelam termasuk gunung yang
dikeramatkan. Di kaki tebing cukup lebat dan lembab karena sinar matahari
kurang menyinari kaki tebing ini.
-
Bukit
Tangkiling
Bukit ini
terletak di Kabupaten Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Tinggi tebing sekitar 70 meter. Bukit ini
termasuk tebing yang jarang dipanjat, jalur yang sudah dibuat baru tercatat dua
jalur yaitu jalur Ramadhan dan jalur Ramona pembuat jalur Mamay S. Salim pada
tahun 1993.
-
Bambapuang
Tebing limestone ini tingginya sekitar 350 meter dan
terletak di desa Kotu, Enrekang, Sulawesi Selatan. Tebing ini merupakan salah satu
tebing favorit para pemanjat, di samping cukup tinggi jalurnya pun cukup
menantang untuk di panjat. Jalur yang tersedia sangat bervariasi dari mudah
sampai sulit. Untuk menyelesaikan satu jalur sebagian besar harus ditempuh
dalam beberapa hari. Oleh karena itu tebing ini termasuk jalur bigwall yang
memerlukan persiapan khusus untuk memanjatnya.
-
Bulu Sumpang Siloro
Tebing ini merupakan salah satu tebing diantara puluhan
bahkan ratusan tebing yang terdapat di Kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi
Selatan. Terletak di desa Siloro yang termasuk ke dalam area PT Semen Tonasa
II. Jenis batuan tebing ini adalah tebing karst yang tingginya sekitar 100
meter dan lebar dindingnya sekitar 60 meter. Teknik panjat di tebing ini dapat dilakukan secara
artifisial maupun panjat bebas. Pengaman dan pegangan
cukup banyak.
-
Tebing Sarera
Tebing yang tingginya sekitar 125 meter terletak di desa
Bua, kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Dinding tebing ini di beberapa
bagian rapuh sehingga para pemanjat harus hati-hati saat memanjatnya.
PAPUA
-
Carstensz
Pyramide Pegunungan, Jayawijaya
Pegunungan Jayawijaya
dengan puncak tertingginya Carstensz Pyramide (4484) boleh dibilang gunung
paling bergengsi bagi para pemanjat Indonesia bahkan dunia. Dinding
terjal dari batuan andesit setinggi 200 meter di sisi selatan Lembah Kuning ini
merupakan salah satu dari 7 Puncak Tertinggi di 7 Benua. Tak semua orang bisa
dengan mudah mencapai lokasi yang terletak di tengah pegunungan paling tinggi
di Papua. Dibutuhkan perjuangan yang cukup keras untuk bisa menembus halangan yang
menghadang. Kalau dana sudah tak menjadi persoalaan maka kendala pertama yang
menghadang adalah masalah perijinan. Jika masalah perijinan beres, bisa dikata
pendakian atau ekspedisi sudah berlangsung 50 % (?).
Kondisi alam yang cukup
ekstrim, merupakan masalah lain yang harus dihadapi, karenanya persiapan fisik
pemanjat juga harus menjadi perhatian utama dan tentu saja harus didukung
perlengkapan yang memadai pula. Setidaknya terdapat dua rute yang biasa
ditempuh para pendaki untuk menuju base camp Lembah Danau-Danau yang terletak
di salah satu gunung es tropis ini, yaitu melalui utara dari Ilaga dan sisi
selatan melalui daerah pertambangan Freeport, Tembagapura. Melalui Ilaga
dibutuhkan waktu sekitar 7 hari perjalanan trekking untuk menuju Lembah
Danau-Danau (base camp I), sedang dari Kota Tembagapura hanya membutuhkan 5-7
jam perjalanan. Selain dinding Utara Carstensz, dinding Utara Puncak Jaya
merupakan salah satu tebing yang sangat menantang untuk dipanjat.
No comments:
Post a Comment